Merubah Limbah Rokok Jadi Karya Seni Bernilai Jual
Puntung
rokok merupakan salah satu limbah yang menyebabkan permasalahan meningkatnya
sampah dunia. Bagaimana tidak? Satu puntung rokok memerlukan waktu yang lama
untuk hancur, yaitu 1,5-2,5 tahun untuk terurai dalam tanah, untuk dapat
terurai pada air tawar membutuhkan waktu sekitar 1 tahun dan pada air asin (air
laut) sekitar 5 tahun. Ini dapat menjadi sebuah masalah serius tentang sampah,
pasalnya Indonesia memproduksi rokok rata-rata 300 milyar batang pertahun, itu
artinya sampah puntung rokok saja jika kita akumulasikan selama 5 tahun, maka
sampah puntung rokok itu dapat menyaingi tinggi Monas.
Tapi
di tangan orang kreatif, putung rokok disulap jadi karya seni dan memiliki
nilai jual.
Printer 3 Dimensi
Pada awalnya 3D printing
lebih dikenal dengan istilah Rapid Prototyping, yaitu sebuah proses
dimana seorang Engineer akan mendesign file CAD ( Computer
Aided Design )lalu mengirimnya ke mesin untuk membuat benda nyatanya. Tapi
sayangnya material yang digunakan tidaklah cukup kuat untuk disebut sebagai
sebuah produk, lebih tepat disebut sebuah model untuk menggambarkan bentuk
nyatanya.
3D printing mulai berhasil ketika sebuah perusahaan desain 3D menemukan material baru yang disebut nanocomposite, yaitu gabungan dari berbagai material plastik dan besi. Sehingga kita dapat merasakannya menyerupai besi dan pada tahun 1986, Charles W. Hull memiliki hak paten atas teknologi 3D Printing.
3D printing mulai berhasil ketika sebuah perusahaan desain 3D menemukan material baru yang disebut nanocomposite, yaitu gabungan dari berbagai material plastik dan besi. Sehingga kita dapat merasakannya menyerupai besi dan pada tahun 1986, Charles W. Hull memiliki hak paten atas teknologi 3D Printing.
Berdasarkan penemuan inilah sehingga 3D printing sekarang ini
dapat dimanfaatkan dalam banyak bidang, seperti membuat bagan-bagian mobil yang
rusak, membuat organ tubuh untuk aplikasi medis dan sebagainya.
Cara Kerja 3D Printing
Berikut ini adalah teknik-teknik atau cara
kerja 3D Printer:
1. Stereolithography (SLA)
adalah teknik pertama untuk 3D Printing. Caranya adalah menambahkan layer terus
menerus pada bahan photopolymer menuju keatas. Material yang digunakan pada
awalnya adalah liquid (cairan) dan akan mengeras ketika liquid tersebut terkena
sinar ultraviolet.
2. Digital Light Processing
(DLP) adalah teknik yang hampir sama dengan SLA yang membuat bahan liquid
mengeras dengan sinar ultraviolet. Tetapi, pada proses penyinaran digital,
objek pada awalnya berbentuk liquid yang penuh. Sebagian dari liquid tersebut
akan disinari, yang tentu saja akan mengeraskan liquid tersebut, lalu objek
yang mengeras akan tenggelam kebawah dan menaikkan liquid selanjutnya. Proses
ini terus menerus dilakukan hingga objek 3D tersebut berhasil dibuat.
3. Selective Laser
Sintering (SLS) menggunakan tenaga yang sangat tinggi untuk menggabungkan
berbagai material, seperti plastik, gelas, keramik, dan metal menjadi output
3D.
4. Electron Beam Melting
(EBM) adalah proses dari 3D Printing untuk bahan metal. Prosesnya di sebuah
vakum dan memulai prosesnya dengan menyebarkan sebuah layer dari metal powser
(lebih sering menggunakan titanium). Electron beam akan mencairkan powder
menjadi layer yang keras. Objek yang dibuat dengan teknik ini akan sangat kuat.
5. Multi Jet Modelling
(MJM) mempunyai cara kerja yang sama dengan inkjet printer. Ia menyebarkan
sebuah layer dari resin powder dan menyemprotkan sebuat lem yang mempunyai
berbagai warna dan akan mengeras pada satu layer. Multi Jet Modelling sangatlah
berguna karena sangat cepat dan mendukung penyediaan warna.
6. Fused Deposition
Modelling (FDM) menggunakan bahan nozzle yang dipanaskan dan akan melelehkan
bahan seperti plastik pada hasil outputnya. Nozzle tersebut akan berpindah
secara horizontal dan vertikal yang diatur oleh komputer. Ketika material
keluar dari nozzle, material tersebut akan mengeras.
7. Semua aktivitas 3D
Printing kebanyakan akan menggunakan STL File. STL File merupakan format 3D
modelling yang membuat 3D Printer melakukan tugasnya dengan nyaman dan efektif
untuk memotong objek dari layer pada saat print. Kebanyakan file STL dibuat
oleh Computer Aided Design (CAD).
8. Berbeda dengan mencetak
benda-benda mati, 3D Printer dengan material sel hidup (bioprinting) akan
mengeluarkan output berupa sel dan gel larut untuk mendukung dan melindungi sel
selama pencetakan. Semua sel keluaran bioprinters dari kepala bioprint yang
bergerak kiri dan kanan, bolak-balik, naik dan turun, dalam rangka untuk
menempatkan sel-sel persis di mana diperlukan. Selama periode beberapa jam, ini
memungkinkan obyek organik besar yang akan dibangun dari banyak lapisan yang
sangat tipis.